Salah satu kebutuhan
manusia yang sering dilupakan adalah kebutuhan untuk bekerja. Manusia memiliki
tenaga yang harus dicurahkan sebagai usaha untuk memberi arti dan menampakkan
eksistensi, karena fitrah manusia adalah ingin diakui. Maka tak jarang ditemukan
orang-orang yang bingung, gelisah, uring-uringan,
dan bahkan panik bila tak ada pekerjaannya.
Disamping itu,
sesungguhnya bekerja dan pekerjaan adalah dua nikmat dari Allah yang patut
disyukuri. Karena tanpa kita sadari, ada banyak orang yang menangis walaupun ia
mampu bekerja, namun ia tak "memiliki" pekerjaan. Ada banyak orang
yang menangis karena ia memiliki pekerjaan yang ingin ia kerjakan, namun
tubuhnya tak berdaya dan tak bisa melakukan apa-apa. Dan ada banyak orang yang
menangis karena ia tak memiliki keduanya, dan ia akan semakin tertekan ketika
merasa dirinya justru menjadi beban bagi keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Maka tentu saja
kebutuhan manusia untuk bekerja termasuk pada kebutuhan utama agar ia bisa
menjalani hidup "normal" sebagai makhluk yang harus mengelola bumi
dan segala isinya. Bekerja adalah hak setiap manusia untuk mengekpresikan diri,
sekaligus kewajiban untuk mempertanggungjawabkan nikmat (kesehatan) dari
Illahy.
Walaupun manusia
butuh dan harus bekerja, namun bukan berarti kita bisa asal bekerja. Karena
sungguh, pertimbangan bekerja bukan hanya sekedar baik-buruknya, tapi juga
(sebaiknya) mempertimbangkan tepat atau tidaknya. Karena pekerjaan yang baik
belum tentu tepat bagi seseorang, namun pekerjaan yang tepat insya Allah akan
banyak mengalirkan berkah dan membuahkan banyak kebaikan.
Contohnya seorang
sarjana kehutanan yang berprofesi sebagai seorang guru komputer. Kita semua
mengetahui bahwa profesi guru adalah pekerjaan yang baik bahkan mulia, karena
mereka-lah orang-orang yang telah menanamkan ilmu dan mengajarkan pengetahuan
yang berguna. Namun bila kita kaitkan dengan latar belakang pendidikan, maka
menjadi guru bukanlah pekerjaan yang tepat bagi seorang sarjana kehutanan. Ya,
barangkali memang ada diantara ilmu yang dimilikinya bisa ia ajarkan. Namun
sudah tentu sebagian besar ilmu yang dikuasainya menjadi "tidak
berguna", karena itu bukan dunia-nya.
Maka haruslah
diingat bahwa; bekerja sesuai ilmu yang dimiliki dan kemampuan yang dikuasai
adalah sebaik-baiknya pekerjaan bagi seseorang. Bahkan itulah pekerjaan yang
paling utama! Karena disana ada ilmu yang diamalkan dan ada kemampuan yang
disalurkan. Itulah yang akhirnya dapat menimbulkan kesenangan, dan akhirnya
kesenangan dalam bekerja itulah yang akan membawa banyak kebaikan serta
menghasilkan pencapaian yang optimal. Dan itu pula-lah yang dapat melahirkan
kepuasan batin, hingga akhirnya hati yang puas dan bersyukur atas pekerjaan
yang dimiliki itulah yang banyak mendatangkan berkah dan menciptakan kehidupan
yang sakinah. (ZR)
***