Senin, 17 Desember 2012

Mount Sinabung, Has Been Defeated


Sabtu sore (15 Des '12), bahkan sudah menjelang magrib. Mobil yang kami tumpangi baru bergerak menuju Berastagi. Ya, aku beserta 10 adik-adik mentoring berangkat dengan full semangat untuk menaklukkan gunung yang terkenal dengan medannya yang sulit dan terjal; Gunung Sinabung. Sepanjang perjalanan aku masih merasa ragu dan gelisah, mengingat bahwa tidak ada satupun dari mereka (adik-adik mentoring) yang pernah naik Gunung. Tentu saja mereka sangat minim pengalaman. Bahkan awam. Aku takut terjadi apa-apa di perjalanan nanti. Untungnya salah seorang sahabat setiaku di Kehutanan, Iqbal, mau ikut menemani pendakian ini. Alhamdulillah, aku mendapat bantuan tenaga dalam membersamai mereka.

Kami baru tiba di danau Lau Kawar sekitar pukul sepuluh malam. Itupun harus menaiki angkot sewaan -tentu saja dengan membayar ongkos lebih- karena sudah tidak ada lagi jasa transportasi yang beroperasi pada malam hari. Belum sempat kami semua turun dari angkot, kami langsung didatangi oleh dua pemuda yang meminta uang retribusi (3000/org) atas kunjungan ke Lau Kawar. Setelah membayar "kewajiban" kami segera mencari tempat shalat dan peristirahatan sementara, sebelum kami melakukan peendakian. Kami menuju sebuah kedai yang menyediakan tempat shalat. Kemudian kami makan dan beristirahat sebentar.

Rehat sejenak, sebelum pendakian.

Pukul 01.00. Kami siap bergerak menaklukkan Gunung Sinabung. Sedang menyiapkan perlengkapan, kami kembali didatangi oleh dua pemuda (bukan dua pemuda yang sebelumnya) untuk meminta laporan sekaligus pendataan, dan tentu saja pemungutan uang retribusi (5000/ org). Kami dijelaskan tentang kondisi medan dan kemudian diantarkan sampai ke gerbang keberangkatan (dekat sebuah Villa). Sebelum memulai perjalanan aku berpesan kepada semua adik-adik kelompokku untuk dapat menjaga adab dan akhlak selama melakukan pendakian. Kami memulai agenda pendakian ini dengan do'a  yang aku pimpin.

Belum seberapa jauh, kami menemui jalan buntu. Iqbal langsung mengontak ke yang sebelumnya melakukan pendataan untuk meminta penjelasan tentang rute pendakian. Pemuda itu meminta agar kami menunggu beberapa saat agar bisa bertemu dengan kelompok pendaki lainnya yang lebih hafal rute pendakian yang juga baru berangkat. Tak lama kemudian kami melihat ada beberapa sorotan senter di belakang kami. Iqbal memberikan tanda dengan lampu merah agar mereka melihat ke arah kami. Mereka membalas dengan kerdipan lampu senter dengan maksud "memanggil" (agar kami mendatangi mereka). Setelah datang menemui mereka dan saling berkenalan, kami ditunjukkan ke jalan yang benar :D. Ya, ternyata kami salah mengambil jalan di sebuah persimpangan. Akhirnya kita memutuskan untuk bersama-sama melakukan pendakian.

Masih belum mencapai pos 1. salah seorang pendaki dari kelompok yang membersamai kami merasa kelelahan. Setelah beristirahat sebentar mereka meminta agar kelompok kami untuk duluan saja. Karena melihat kondisi salah seorang pendaki mereka yang sangat kelelehan, tentu mereka akan lebih sering berhenti beristirahat dan akan lambat melakukan pendakian. Setelah berdiskusi sebentar akhirnya kami sepakat untuk duluan.

Sebenarnya aku juga tidak terlalu hafal dengan rute pendakian ini. Tapi aku berusaha menyembunyikannya agar tidak meresahkan adik-adik mentoringku. Aku sebagai guide (perintis) yang berada paling depan benar-benar harus jeli melihat dan mengingat jalan. Karena ada banyak simpang yang akan ditemui selama pendakian. Bahkan seringkali aku harus berjalan mendahului kelompok untuk memastikan jalan itu buntu atau tidak. Walaupun ada hal-hal aneh ataupun cerita-cerita mistis para pendaki yang terfikirkan olehku tapi berusaha aku selalu berusaha menepisnya dengan memperbanyak dzikir dan mengingat-Nya. Namun kurang lebih sudah setengah jalan pendakian kembali kami menemui jalan buntu. Aku benar-benar bingung. Aku yakin jalan yang kami lalui tidak salah. Akhirnya kami memutuskan untuk menyebar hingga akhirnya salah seorang adik mentoringku, Pikri,  menemukan kembali jalan utamanya.

Setengah jalan.

Walaupun cukup banyak berhenti untuk berisitirahat tapi aku salut dengan mereka, adik-adik mentoringku. Kami sudah berada di cadas sekitar pukul 04.00. dan kami benar-benar menginjakkan kaki di puncak Sinabung yang sangat dingin pukul 05.15. Sungguh diluar dugaanku. Melihat mereka semua yang sama sekali belum ada pengalaman mendaki, aku beranggapan kami baru akan mencapai puncak sekitar pukul delapan pagi. Tapi ternyata aku salah. Aku terlalu menyepelekan semangat mereka yang menggebu :D

*** 
Kondisi puncak memang teramat dingin. Kami semua menggigil kedinginan. Setelah shalat subuh kami merebahkan badan; tanpa tenda, mantel, ataupun sleeping bed. Hanya jaket seadanya. Bahkan hingga pukul 08.00 suhu udara tetap saja terasa dingin karena sengatan mahatari terhalang kabut tebal. Setelah berkeliling sejenak dan berfoto kami memutuskan untuk segera turun. Dinginnya puncak Sinabung yang menusuk tulang seakan menyuruh kami untuk segera turun dan pulang...


Foto pulang, membelakangi panorama Lau Kawar

Kamis, 29 November 2012

Bicara Hobi


    OK, sekarang kita berbicara hobi. Hobi yang tentu saja menjadi hal yang menyita watu dan perhatian di keseharian kita. Siapa saja tentu akan sangat menikmati setiap detik waktu yang digunakan untuk pekerjaan yang menjadi hobinya. Contohnya saya. Ya, dengan ketiga hobi yang saya miliki selalu saja merasa kekurangan waktu apabila sudah berkutat dengan hobi. Walaupun tak setiap hari berinteraksi dengan hobi, tapi setidaknya dalam satu minggu ada waktu yang saya luangkan untuk hobi (kecuali untuk hobi yang ke-3).

  1. Fotografi
  2. Saya memang tidak memiliki DSLR. Sebagai gantinya sebuah kamera pocket terbaik versi PCWorld yang saya gunakan sebagai senjata. Jangan bandingkan hasil jepretannya dengan DSLR! Tapi di kelas kamera saku, boleh diadu! :D
    Yups, Panasonic Lumix ZR3  (ZR3 => Zahid Rabbani anak yang ke-3 #Pas). Banyak yang bertanya, kenapa untuk urusan kamera saya malah memilih Panasonic? Padahal untuk gadget kamera, Canon dan Nikon adalah merek ternama? Jawabannya adalah karena kamera Panasonic menggunakan lensa Leica yang dapat menghasilkan warna yang terang dan jernih. Bahkan sebuah situs kamera ternama photographyblog menilai untuk kualitas gambar, LUMIX ZR3 mendapat rate 4.5 dari 5!
    Berbekal dengan senjata "sederhana" inilah saya menyalurkan hobi dalam hal fotografi. Terutama saat pulang kampung saya akan sangat sering berkeliling untuk mencari objek yang ingin difoto. Juga dengan kamera ini saya pernah memenangkan sebuah lomba fotografi bertema al-Qur'an. Sesuatu...
    hasil hunting
    pernah menang :)

  3. R & W
  4. Singkatan dari Reading & Writing. Ya, membaca dan menulis adalah hal yang saya sukai. Terutama untuk buku-buku kerohanian, lebih khususnya buku bergenre tazkiyah. Biasanya waktu yang saya gunakan untuk membaca adalah sore hari. Dengan ditemani segelas teh hangat, laptop yang siaga untuk mencatat hal-hal penting (sebagai bahan tulisan), dan duduk menghadap ke jendela kamar yang mengarah ke dedaunan rimbun pohon kuini... WOW (gitu?)
    Kamar, tempat favorit nan menginspirasi.





    Berat rasanya apabila dalam satu bulan saya sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk membeli buku.  Dan rasanya akan sangat menderita (merugi) apabila dalam sebulan tidak ada satu bukupun yang selesai dibaca. Karena mustahil sebuah tulisan akan dilahirkan tanpa adanya ide yang tentu saja akan banyak diperoleh melalui aktivitas membaca.


    paling berkesan
  5. nge-GAME
  6. Sebelum dijabarkan lebih lanjut perlu saya jelaskan bahwa hobi ini hanya muncul ketika saya pulang kampung. Karena apabila sudah berada di Medan, akan sangat sedikit saya memiliki waktu luang. Itupun biasanya dimanfaatkan untuk beristirahat atau -parahnya- untuk memikirkan pekerjaan-pekerjaan lain berikutnya.
    Maka ketika pulkam, biasanya saya akan langsung hunting kaset PS2. berbeda dengan kebanyakan orang yang sangat menyukai game bola atau balap. Genre game favorit saya adalah RPG! Mulai dari konsol GBA, NDS, PS1, dan PS2 semua game yang saya gandrungi adalah game RPG. Sebut saja 2 judul yang menjadi favorit saya : Suikoden dan Harvest Moon.
    Mengapa RPG? Karena game RPG tu gue banget ^^". Ya, ketika bermain game RPG kita dituntut untuk memperhatikan alur cerita game dari awal sampai akhir. Jika tidak maka akan sangat sulit untuk bisa menamatkan game. Dalam game RPG, satu plot cerita yang ditemui dalam game berkaitan dengan kejadian-kejadian yang akan kita alami berikutnya dalam game tersebut. Hal lain yang membuat saya menikmati game bertema RPG adalah karena soundtrack game yang "nature", terutama untuk game Suikoden yang benar-benar mampu menghadirkan suasana hutan (suara desiran angin, dan kicauan gurung) dalam gamenya. Benar-benar merasa terjun dalam dunia game ; menikmati setiap alur ceritanya dan menyelesaikannya. Sangat menarik… 
    beginilah kalau sudah pulkam

    Suikoden II, terfavorit dari kesemua serinya!


    Harvest Moon, menikmati hidup sebagai seorang petani :D


    Demikianlah deskripsi tentang apa yang menjadi hobi saya. Semoga bermanfaat, terutama bagi yang ingin mengetahui tentang diri saya #mangada? :p
    Perlu diperhatikan bahwa urutan hobi menunjukan skala prioritas. Ya, Fotografi adalah hobi yang sangat menyita perhatian saya. Berharap bisa memperoleh manfaat dengan hobi, wanna be a Photographer ;)

Minggu, 18 November 2012

Kopdar di Milad BLOOF #2


Kali ini yang menjadi saksi pertemuan Bloofers Medan (BM) adalah Lapangan Merdeka (Merdeka Walk). Ritual yang lebih lazim disebut Kopdar (padahal ngga' ada kopinya) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 15 November 2012. Kopdar BM ke-3 ini bertepatan dengan perayaan tahun baru hijriyah (1 Muharam) dan milad Bloof ke-2...

Saya akan mengisahkan pertemuan sederhana -namun sarat makna- ini dari kacamata saya sebagai tokoh utama*. Pada kopdar sebelumnya sudah diagendakan bahwa BM akan mengadakan pertemuan setidaknya satu bulan sekali. Tapi karena kesibukan masing-masing kader dalam pekerjaan dan kuliah, akhirnya pertemuan ke-3 yang diagendakan bulan sebelumnya (Oktober) baru bisa dilaksanakan sekarang. Mengapa saya mengatakan ini sebuah pertemuan sederhana? Karena pertemuan kali ini tidak dilaksanakan di "warung bintang lima" seperti kopdar-kopdar sebelumnya. Kali ini Bloofers Medan ingin melakukan sesauatu yang beda! Yaitu merumput di Lapangan Merdeka, di bawah rindangnya pohon cempaka. (maksa ngasih nama pohon cempaka :D)

Pertemuan kali ini diramaikan oleh 15 orang kader Bloof; 6 diantaranya adalah anak baru yang telah menyatakan kesiapannya untuk membina persahabatan yang lebih dari sekedar persahabatan (bener kan ya?)! Sedangkan sisanya adalah produk lama :D, termasuk 4 orang yang merupakan angkatan pertama (ka' Sri aka Koordinator , mba' Ismi, mba' Ayu, dan Zahid Rabbani). Alhamdulillah, dari setiap kopdar yang dilaksanakan BM selalu saja ada penambahan anggota.Semoga dengan semakin bertambahnya anggota akan semakin banyak faedah yang diperoleh dari ikatan  persahabatan dalam lingkaran ungu ini, amiin.

Bicara kronologis… Saya baru bisa berhadir di tengah-tengah sahabat BM sekitar pukul 11.30, telat 1,5 jam dari jadwal yang direncakan sekaligus menjadi yang datangnya paling akhir (akhirnya saya tahu bagaimana rasanya terlambat _ _"). Seperti biasa, agenda Kopdar diawali dengan saling memperkenalkan diri dan sedikit testimoni tentang Bloof yang dibawakan oleh sang Koordinator Region Medan, senior saya. Kemudian bahasan dilanjutkan dengan agenda kerja Bloofers Medan; frekuensi kopdaran, gerakan menulis serentak, dan Blue Jar Project**. Seperti biasa, kopdar tidak "sempurna" tanpa makan-makan, yaitu bika ambon dan peanut cake yang menyemarakkan pertemuan kali ini.

Adzan Zhuhur-pun berkumandang. Sebelum menutup diskusi ada sebuah permintaan dari sang Koordinator agar amanah dialihkan ke Riki, dikarenakan ka' Sri sudah mulai disibukkan oleh penelitian dan Skripsi (ciieeeh, yang dah mau tamat:D). Tentu saja -tanpa banyak cakap- si Riki yang selalu bersemangat langsung mengiyakan #curigasaia. Akhirnya jadilah penutup Kopdar kali ini disertai dengan serah terima jabatan dan tentu saja sebuah agenda sakral yang wajib dilaksanakan; putu-putu bareng :D


Sekilas Penampakan Bloofers Medan (Klik biar keliatan semua :D) 


Minggu, 21 Oktober 2012

Aku & Medan

Waktu itu aku baru kelas 1 SMP. Itulah untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Kota Medan, itupun karena "dipaksa" Ama untuk ikut menghadiri pesta pernikahan. Walaupun ketika itu aku hanya beberapa hari berada di kota ini, tapi sudah cukup untukku menyimpulkan bahwa kota ini panas, padat, namun tetap dengan popularitas tinggi.

6 tahun kemudian aku datang kembali ke kota ini, untuk menuntut ilmu di sebuah universitas negeri. Bahkan sejak SMA sudah terfikirkan olehku untuk melanjutkan studi ke USU, walaupun bukan menjadi Universitas prioritasku. Tapi memang Allah telah menggariskan nasibku, disinilah hidupku. Di Solok aku dilahirkan, dan di kota ini aku dibesarkan.

Setelah lebih 3 tahun mencicipi hidup di kota ini, sudah ribuan hari kulewati, bersama tumpukan cerita tentang kota ini. Masyarakatnya yang berasal dari beragam suku hidup berpadu. Kebudayaan lokal (batak) tak begitu tampak di kota ini. Selain karena pendatang jawa yang cukup mendominasi, juga kultur metropolitan yang mendegradasi. Walau sudah cukup lama aku berada disini, tapi jujur… sebenarnya aku belum begitu kenal dengan kota ini. Sangat jarang aku sengaja keluar untuk berjalan-jalan, makanya hingga saat ini ketika keluar aku sering tak tahu jalan. Aku juga tak begitu tahu tempat-tempat rekreasi. Bahkan ke Istana Maimun-pun aku belum pernah menginjakkan kaki. Yang ku tahu hanya Danau Toba dan Berastagi. Barangkali karena aku juga kurang menikmati (setidaknya sampai saat ini) tinggal di kota ini. Ini kota besar, sehingga tak heran karakter individualisme tinggi. Corak sosial yang kurasa sangat berbeda dengan di tanah kelahiranku membuatku tak nyaman. Bahkan aku sering merasa tertekan.

Kurang, bukan berarti aku tidak menikmati hidup di kota ini. Aku juga tak ingin menutup-nutupi segala kelebihan kota ini. Karena ini kota besar, segala akses lancar! Kecuali mungkin transportasi. Tapi apabila ditanya apakah suatu hari nanti aku juga akan menetap di kota ini? Entahlah… karena sejauh ini ke-"kampungan" tanah kelahiranku masih menarik hati...

Kamis, 06 September 2012

Carito Si Sawuang

Walaupun sudah lebih tiga tahun aku menempuh pendidikan di kota ini (Medan), tetap saja setiap sekembalinya aku dari Solok (Talang) aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Setidaknya butuh waktu sekitar sepuluh hari untukku beradaptasi dengan kehidupanku yang jauh dari keluarga. Aku butuh waktu agar dapat kembali menikmati kemandirianku.

Memang, aku memang "sawuang" (sebuah istilah Minang bagi orang-orang yang selalu ingin berada di tengah keluarga). Ketika aku sudah kembali ke Medan biasanya hari-hari pertama kuhabiskan di luar kosan, menatap langit dan berangan kalau aku bisa dengan mudah terbang ke kampung halaman. Terkesan lebay memang _ _"… tapi memang begitulah keadaannya. Atau jikalau malam telah menjelang, waktuku habis untuk melihat-melihat foto keluarga, rumah, dan tempat-tempat di sekitar kampungku. Setidaknya dengan melakukan hal itu perasaanku bisa "pulang".



Bahkan setiap kali aku pulang kuliah -di setiap awal semester tentunya- tak jarang aku menangis. Perasaanku gelisah, seakan aku sudah tak bisa lagi pulang dan berada di tengah-tengah keluargaku. Tentu saja sosok yang selalu kurindukan adalah Mama. Mama yang selalu menuruti kemauanku, bahkan berusaha untuk selalu membahagiakanku. Tak jarang aku mendapatkan apa-apa yang menjadi keinginanku tanpa harus meminta kepada Mama. Ya, jika mengingat semua itu aku menjadi takut. Aku sangat takut jika suatu saat nanti aku tak mampu membuatnya bahagia…

"Nak di lua jo lah kuliah", begitulah kata Abang mengejekku. Padahal masih berada dalam satu pulau, bahkan bersebelahan provinsi. Bagaimana nanti seandainya kalau aku jadi melanjutkan kuliah di Jawa atau bahkan ke luar negeri (mimpi?)? Entahlah… agaknya hanya untuk (kuliah S1) saat ini saja aku pergi meninggalkan keluargaku, dan setelah tamat kuliah nanti mungkin aku akan pulang saja dan memilih bekerja di kampung halaman.



Ya… Seperti itulah "tragisnya" keadaanku. Aku kalah oleh tekad dan mimpi masa laluku. Dulu ketika SMA semangatku untuk kuliah di luar daerah sangat besar. "Kok ndak di lua It ndak ka kuliah do!", begitulah dulu aku selalu berkata kepada kedua orang tuaku. Walaupun begitu sekarang aku juga tidak menyesal. Karena dengan meninggalkan kampung halaman barulah aku tahu betapa galaunya perasaan ketika jauh dari keluarga. Dan ketika pulang barulah aku tahu betapa damainya hati berkumpul degan keluarga...

Selasa, 04 September 2012

Halal Bi Halal Bloofers Medan

"Untuk kali kedua, Bloofers medan punya acara."


Ya, ini adalah agenda silaturrahim Bloofers Medan yang -Alhamdulillah- berhasil dilaksanakan setelah setengah tahun lamanya (semenjak kopdar perdana 2 Maret 2012). Pada kesempatan kali ini hanya saya dan -sang senior terbaik- k' Sri sebagai anggota angkatan pertama yang berkesempatan hadir. Selebihnya adalah "anak-anak baru" yang ternyata tidak lebih ANEH (Asik, Nyambung, Enjoy, dan Heboh tentunya) dari para sesepuhnya.

Berbeda dengan pertemuan perdana, saya tidak lagi jadi yang pertama tiba di TKP. Bukan karena kapok karena pernah kelamaan menunggu anak-anak, tapi karena harus melaksanakan beberapa pekerjaan dan "kewajiban". Alhasil, saya baru tiba di TKP dengan menggowes sepeda sekitar pukul 13.30, telat 30 menit dari jadwal yang disepakati. Di depan Sari Raos terlihat k' Roza yang juga merupakan senior di kampus berdiri di bawah pepohonan. Ya, sesuai dugaan beliau sedang menunggu k' Sri.

Ketika memarkirkan sepeda, saya melihat sudah ada empat manusia yang bersemedi di Sari Raos. Tentu saja mereka adalah anak-anak baru yang taat dan tahu sopan-santun, sehingga tidak datang terlambat :D. Mereka adalah Riki yang cengengesan, Reza yang selalu malu di foto, Rizki yang Enjoy, dan Mulia yang goib ^^. Saya belum langsung masuk, karena sebagai junior yang baik saya harus menunggu kedatangan sang senior terbaik. Tak lama kemudian, k' Sri datang, sehingga kami bertiga langsung masuk dan bergabung dengan keempat Bloofers lainnya.

Opening... Diawali dengan perkenalan, perbincangan ringan, kemudian masing-masing memesan makanan. Sembari menunggu pesanan datang dimulailah Ritual yang sesungguhnya :D. Kali ini saya yang menjadi moderator (BUKAN KOORDINATOR YA?!). Diawali dengan Salam (o… jelas), saling memperkenalkan diri, dan kemudian saya menjabarkan -sedikit yang saya ketahui- tentang Bloof. Di tengah berlangsungnya Ritual ternyata ada satu lagi Bloofers yang datang, k' Rini Selly. Unik, tingkah beliau tidak seperti beberapa senior di angkatan pertama. Walaupun beliau terlambat tapi tidak langsung (pura-pura) mencet2 HP! Beliau langsung bersalaman dengan k' Sri dan k' Roza, kemudian melempar senyuman penuh ketenangan kepada kami semua ^^. Memang dari segi umur beliau adalah yang paling tua (karena sudah tamat S2, sedangkan sisanya masih berjibaku meraih gelar Sarjana). Tentu saja beliau juga dewasa dari segi pemikiran dan berbicara.

Ritual tahap awal selesai ditandai dengan datangnya seluruh pesanan makanan. Acara dilanjutkan dengan makan bersama, bercerita bersama, dan ngakak bersama :D. Selesai makan langsung dilanjutkan dengan Ritual session 2, yaitu membicarakan tentang rencana agenda rutin Bloofers Medan. Alhamdulillah, dari diskusi yang cukup "alot" dihasilkan beberapa rencana kegiatan Bloofers Medan untuk kedepannya. Pertemuan hebat ini selesai sekitar pukul 15.30.



...Sebagai penutup saya akan memaparkan sedikit materi yang insya Allah bermanfaat terkait dengan tragedi yang terjadi ketika acara Halal bi Halal berlangsung. Sama sekali bukan bermaksud berolok-olok, tapi hanya ingin menegaskan bahwa apa yang telah dilakukan sama sekali tidak salah ^^…

***

Pernahkah anda mendengar tentang hadits lalat? Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan bahwa jika ada lalat jatuh ke dalam minuman kita, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memberitahu kita untuk mencelupkan lalat tersebut sepenuhnya ke dalam minuman kemudian membuangnya, karena sayap yang satu mengandung racun dan sayap yang satunya lagi mengandung penawar racun atau mengandung obat.

Hadits lalat tersebut seringkali dijadikan bantahan oleh orang-orang kafir dan orang-orang Liberal untuk menyerang Islam dan menolak hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
"Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya".

Dari Anas bin Malik radiallahu 'anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
Dari Anas bahwasanya Nabi bersabda: "Apabila lalat jatuh pada bejana salah satu diantara kalian, maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sayap lainnya terdapat obat".
(HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Banyak yang menolak dan mengingkari hadits ini dengan alasan menyalahi realitas dan bahkan ilmu kedokteran. Benarkah demikian?

Kenyataannya, Dr. Amin Ridha, Dosen Penyakit Tulang di Jurusan Kedokteran Universitas Iskandariyah, telah melakukan penelitian tentang hadits lalat dan menegaskan bahwa pada makanan ataupun minuman yang dihinggapi lalat, dibandingkan dengan lalat yang dicelupkan dengan yang tanpa dicelup, ternyata memberikan hasil berbeda yang secara signifikan. Lalat yang dicelupkan pada minuman akan menimbulkan bakteri yang biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak yang berfungsi melisiskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.

Hal ini membenarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit sekaligus penawarnya. Maka apabila hasil "percobaan" yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, kesalahan PASTI disebabkan oleh faktor lain ^^






Rabu, 27 Juni 2012

(Entah Kata Pengantar Atau Pendahuluan?)

Dulunya juga sudah pernah ada blog serupa yang saya gunakan untuk sekedar berbagi catatan dan coretan dalam keseharian. Namun akhirnya blog tersebut kembali dihapus karena saya merasa tidak ada manfaatnya mempublikasikan hal-hal yang tidak penting. Tapi entah kenapa keinginan tersebut muncul kembali. Mengingat Rabbani's Notes dengan genre blog dakwah, maka keberadaan tulisan-tulisan lain di luar tema blog dirasa agak ganjil dan mengganggu suasana, sehingga dibutuhkanlah suatu wadah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan-tulisan yang -Insya Allah- tetap menjunjung tinggi azas nilai dan kemanfaatan tulisan. #halaah

Insya Allah melalui rumah baru ini saya akan menjamu para pembaca sekalian dengan berbagai tulisan ringan yang semoga saja dapat bermanfaat untuk media hiburan dan menambah wawasan -atau setidaknya bermanfaat untuk mengisi waktu luang daripada OLGJ (OnLine Ga' Jelas) :E-


=welcome=