Selasa, 05 November 2013

"Cerita Dewasa"


Aku tengah berada di episode ketiga dari kehidupanku. Itulah ketika aku sudah tidak layak lagi bermain-main dan bergurau dengan kehidupan. Cepatnya perjalanan waktu telah menyeretku ke gerbong kedewasaan. Walau aku keberatan, tapi tetap saja aku tak bisa menolak kenyataan.

Aku sudah dewasa. Sejujurnya aku belum begitu paham dengan tanggung jawabku sekarang. Namun satu hal yang kutahu, bahwa "harga diri lelaki itu ada pada bekerja". Aku bisa saja bermalasan dan menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang. Tapi jika demikian sama saja dengan aku menjatuhkan wibawaku dan mencampakkan maluku. Dan aku tidak akan tenang.

Yakinku, akan sangat sulit menjalani hidup sebagai laki-laki dewasa; sedikit tidur, sedikit bermain, sedikit bercanda. Sebaliknya aku justru dituntut untuk lebih banyak beramal, banyak memberi, dan banyak bekerja. Setiap detik yang kuhabiskan harus bisa kuimbangi dengan sebentuk kebaikan yang kuperlihatkan dan sebentuk kemanfaatan yang kuberikan. Semua tuntutan itu semoga tidak menjadi beban bagiku. Aku akan terus belajar untuk menikmatinya, yah... Ibarat meminum kopi pahit di saat dahaga, hingga aku terbiasa dan menyenanginya. Karena "amanah" dan "tanggung jawab" tak akan hilang dari laki-laki, kecuali bila mati.

 Dan karena nantinya aku adalah imam bagi keluarga kecil yang kucita-citakan. Maka tidaklah dirasa terlalu cepat bila saat ini aku mulai menyiapkan diri untuk menjadi seorang Ayah. Ya, suatu hari nanti aku akan dipanggil "Ayah"...

Walau masih tersisa 1 episode lagi, tapi itu juga tak pasti. Jikalau Allah menakdirkan umurku panjang maka tentu masa tua itu akan kutemui. Sejujurnya aku ingin hidup lama, setidaknya hingga tidak ada lagi kebaikan yang bisa kuusahakan dan tidak ada lagi kemanfaatan yang bisa kuberikan. Dan lagi... semoga tidak dianggap berlebihan bila aku juga menginginkan mati secara "elegan", yakni syahid dalam mewarisi perjuangan kekasihku Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam...

 


Jumat, 04 Oktober 2013

Madah Mahabbah


Butiran-butiran kecil rahmat-Nya masih terus membasahi.
Mewudhu'i gersangnya wajah kehidupan yang telah jemu bertayamum dengan debu dan tanah. 
Sakinah sekali! 
Kembali aku hanyut dalam syahdu, khusyuk mendengar dzikir binatang malam berpadu dengan desiran angin yang menyela dedauan. 
Walau malam ini terasa dingin, tapi aku masih ingin bercengkrama dengan hati.   
Aku masih ingin bermuhasabah dengan raja', khauf, dan mahabbah.

Barangkali ia sengaja bersembunyi di balik gumpalan awan yang meratapi bumi. 
Ya... bulan seperti sengaja membiarkanku berkhalwat dengan hati. 
Seakan tahu bahwa mendungnya awan lebih serasi dengan masa laluku. 
Tapi tidak apa, karena aku tahu langit selalu jujur, dan ia sudah cukup sebagai saksi bahwa aku masih menggelisahkan pertemuanku dengan subuhku nanti.

Semoga masih tersisa banyak sujud yang bisa kupersembahkan untuk Tuhan-Ku.
Agar aku terbiasa menghinakan diri, agar aku siap menghadapi mati.


#Bilik, 05Oktober2013 @02.00

Senin, 30 September 2013

Segudang Manfaat Bersepeda


Beruntunglah Anda yang hobi bersepeda (seperti saya :D)! Karena selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ternyata bersepeda yang merupakan olahraga aerobik juga bermanfaat bagi otak. Fakta menggembirakan ini -terutama bagi para goweser- saya ketahui
ketika membaca sebuah ulasan dari majalah Islam, Ar-Risalah dengan judul "Aerobik Juga Bermanfaat Bagi Otak".

Dikatakan bahwa telah dilakukan sebuah studi dengan melibatkan 59 pria dan wanita. Mereka diminta untuk fokus melakukan salah satu program latihan yang dipilih : aerobik atau angkat beban. Setelah enam bulan, para responeden tersebut diminta untuk melakukan tes Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI).

Hasilnya, mereka yang melakukan latihan aerobik memliki peningkatan aktivitas pada frontal corteks, bagian otak yang berfungsi menyusun perencanaan dan memori jangka panjang. Perkembangan yang bagus juga ditujukan pada pariental cortex, bagian otak yang menyimpan memori dari penglihatan mata. Dua wilayah otak tersebut berhubungan langsung dengan fungsi kognitif otak yang semakin menurun seiring bertambahnya usia.

Kesimpulan sementaranya adalah, berlatih aerobik memiliki manfaat positif bagi kesehatan otak.

Perlu diketahui bahwa olahraga aerobik adalah olahraga yang membutuhkan oksigen dalam memporduksi energi untuk membuat otok bisa berkontraksi. Selain dengan bersepeda, olahraga aerobik bisa juga dilakukan dengan berlari, melompat, ataupun berenang. Berbeda dengan olahraga angkat beban atau push up yang tergolong olahraga anaerobik.

Bagi para goweser, maka bersepeda akan dapat melancarkan peredaran darah, termasuk aliran darah ke otak. Sehingga apabila otak mendapatkan suplai oksigen yang cukup kita akan merasa segar yang tentu berpengaruh terhadap semangat belajar dan beraktivitas!

Selain itu, bersepeda juga dapat memacu bahan aktif kimia yang dikenal sebagai faktor otak neurotropik (Brain Derived Neurotropic Factor/ BDNF) yang bisa merangsang pertumbuhan sel otak. Aktivitas ini terjadi di hippocampus yaitu wilayah otak yang bertanggung jawab untuk memori otak. Hormon BDNF akan membuat otak menjadi lebih muda.

Dan yang lebih penting, bersepeda dapat menghilangkan stres. Karena dengan bersepeda dengan senang dan santai akan menghambat pembentukan hormon kortisol atau hormon stres sehingga dapat membantuk kita untuk bisa berfikir lebih jernih lagi. Bahkan diyakini juga bisa membantu menghasilkan sel saraf baru menggantikan sel otak yang rusak karena stres.

Masih banyak lagi efek positif yang bisa kita dapatkan dengan bersepeda. Terutama terkait manfaat bersepeda terhadap kelestarian lingkungan. Dengan rutin bersepeda berarti kita telah membantu mengurangi penggunaan bbm dan mengurangi polusi udara. Selain itu bersepeda juga merupakan pilihan yang bijak dalam berkendara untuk menghindari kemacetan, karena akan dengan mudah lolos dari padatnya kemacetan lalu lintas (pengalaman pribadi :D). Tapi tentu saja kita berharap adanya perhatian pemerintah terhadap para pengguna sepeda untuk menyediakan jalur khusus, terutama di kota-kota besar. Agar semakin banyak yang bersemangat untuk beralih ke sepeda, dan semakin banyak pula yang bisa merasakan manfaat positif dari bersepeda.

Minggu, 28 Juli 2013

Langit Temaram Suram


Ku buka jendela kamarku pagi ini. Di sela-sela dedaun pohon kuini yang menengadah ke arahku, kusaksikan gelut gereja, pipit, dan kolibri. "Ah... Pagi yang indah", batinku. Walau langit tak sempurna cerah, tapi cantiknya mega biru masih menyembul, melatarbelakangi awan keemasan nan megah.

Tapi tetap saja hatiku belum lepas, hatiku tak puas. Mengingat kemarin aku kembali kehilangan saudaraku. Tidak hanya satu, atau dua... Tapi ratusan kasihku telah syahid di tanah Nabi Yusuf dan Musa. Entah siapa lagi kasihku yang namanya akan tergurat dalam nisan hari ini.

Aku sungguh tidak ikhlas. Menyaksikan kasihku menjadi korban kebinatangan dari segerombolan jasad-jasad boneka Amerika. Ah... Lagi-lagi Amerika...

Ya... Sudah tiga pekan ini saudaraku dihabisi. Darah mereka sengaja dicecerkan untuk menyenangkan hati sang petinggi. Penguasa yang mencuri... Tidak... Sang penguasa itu tidak mencuri... tapi merampok konstitusi dan memperkosa demokrasi. Ia mempertontonkan kebiadabannya sebagai hiburan para tuan, yang menyokongnya dari belakang dengan senjata dan uang.

Ah... Semua ini telah membuatku lupa bagaimana cara bersabar, melihat kasihku dipanggang di bara peperangan yang berkobar. Bahkan lembar cerita suriah masih belum ditutup, sedangkan kisah baru sudah dibuka dan sudah terlalu jauh dimainkan. Dan saudaraku disini juga sungguh tidak piawai memainkan peran. Mereka yang dituntut untuk berdoa dan bersiap-siaga malah tertawa, berleha, dan tidur nyaman.

Aku gemetar... Aku gamang... Sampai khusyukku hilang karena hati terus mengumpat para munafik yang memfitnah, membunuh, dan menebar kebencian. Aku ingin pulang, pulang ke medan juang untuk membersamai mereka yang istiqomah dalam lelah melawan tirani kedzaliman. Sungguh, Iri rasanya pada mereka yang tersenyum puas ketika peluru-peluru tajam menembus dada dan otak mereka. Walau jasad mereka diinjak dan dilecehkan, tapi mereka telah menang!

Ah...  Ternyata pagi ini masih suram. Semoga esok sudah tamat cerita duka dari kasihku di negeri-negeri seberang. Atau mungkin aku harus kesana menebus hutang janjiku berjumpa senapan yang mengerang dan kilatan pedang.

Rabu, 24 Juli 2013

22


22 tahun sudah waktu ku pakai,
Mengarungi samudera dunia beriak badai,
Tak banyak kebaikan yang bisa kucapai,
Harap terus bertambah hingga jasad membangkai...
Waktu bergulir begitu cepat,
Ditambah jatah hidup yang hanya singkat,
Ku mengolok diri yang tak banyak berbuat,
Menutupi malu menyaksikan akhlakku nan cacat...

Katanya aku sudah dewasa,
Bila mati maka amalku sudah tentu ditanya,
Entah berapa tinggi tumpukan dosa,
Sedangku bangga dengan secuil pahala...
Mungkin saja waktu yang kuhabiskan tak setimpal,
Dibandingkan sisa waktu hidup yang tinggal,
Rasanya sudah saatnya aku berbekal,
Sebelum hayat dijagal ajal...

22 tahun sudah masa kuhabiskan,
Mencicipi dunia penuh tipuan,
Berteman amal dan sedikit iman,
Kuberani menikmati hidup yang melenakan...
Sebelum badan ini dikubur,
Moga ku sadar dan berkenan bertafakur,
Ketika hati dan tangis melebur,
Mengingat mati moga imanku subur...

Katanya kematian itu pasti,
Dan saat ini aku juga ikut menanti,
Entah mati seperti apa yang akan kutemui,
Sambil tetap berbekal agar tak merugi...
Tidak mengapa bila masa laluku kelam,
Bahkan ku tak peduli walau pekat menghitam,
Karena yakin esok tak lagi suram,
Dengan Cinta dan Ridho-Mu penuh kugenggam...


Ramadhan Kali Ini

Ini Ramadhan yang berat. Tentu saja! Tanpa kehadiranmu sungguh terasa ada yang kurang dari kebahagiaan Ramadhan yang kami rasa.

Ya, ini Ramadhan pertama yang kami lalui tanpa Papa. Sungguh sangat berat. Kami harus mampu bersabar dan membiasakan diri dengan suasana yang benar-benar berbeda dari Ramadhn-Ramadhan sebelumnya. Karena tidak ada lagi yang akan meramaikan suasana berbuka puasa, tidak ada lagi terdengar kumandang adzan khas Papa yang selalu menggema, tidak ada lagi terdengar lantunan bacaan al-Qur'an Papa di malam hari ketika tilawah atau ketika mengimami shalat Tarawih di Surau, tidak ada lagi yang segera membangunkanku ketika sahur dan mengajakku untuk melaksanakan Tahajud, Tidak ada lagi terdengar tangis doa seorang ayah yang mendoakan anak-anaknya, tidak ada lagi... tidak ada lagi...

Kami acapkali menangis. Menangis bukan tidak menerima takdir-Nya, tapi tangis tanda cinta dan rindu yang mendalam. Nuansa duka amat kental terasa. Ketika berbuka, sahur, tilawah, dan dalam setiap rakaat munajat kami masih belum bisa bercerai dengan air mata. Berharap dengan pengharapan dan do'a dapat menyenangkan Papa disana.

Walau sudah tak ada lagi harapan berjumpa di dunia, semoga kelak di akhirat kita berjumpa di Surga-Nya. Karena sungguh, aku amat bangga memiliki seorang ayah yang  taat, baik, tegas, pemberani, berwibawa, ramah, dan perhatian dengan anak-anaknya. Papa telah memberikan teladan dan pengajaran bagaimana menjadi sosok seorang ayah yang baik dan membanggakan. Bagiku, sosok lelaki terbaik yang pernah ku temui itu adalah Papa. Semoga aku bisa mengambil pelajaran, hingga nantinya anakku juga akan berkata "Sosok lelaki terbaik yang pernah ku temui adalah Ayahku"

Senin, 13 Mei 2013

Selamat Pagi Pa!


Selamat pagi Pa!
Kuharap kau dengar ku menyapa,
Adakah bahagia disana?
Tentu... Karena aku selalu kirimkan doa....

Selamat pagi Pa!
Aku berduka... Sebelumnya aku jarang menyapa,
Apalagi memperhatikanmu yang semakin tua,
Yang ku tahu perhatianmu padaku selalu ada...

Selamat pagi Pa!
Saat ini kau tak lagi bila bangga bila anakmu berharta,
Karena yang terpenting hanya amalan dan akhlak mulia,
Dan anak sholeh yang akan membahagiakanmu dan membawamu ke surga...

Selamat pagi Pa!
Lelehan air mata ini... Lelehan air mata ini akan menjadi bukti nyata,
Bahwa aku menyesal tak pernah mengatakan "selamat pagi Pa" sebelumnya,
Aku menangis bukan tak menerima takdir-Nya,
Tapi karena aku cinta...
Aku menangis karena aku ingin Allah melihat betapa aku sangat ingin kau bahagia disana...


9 Juli 2012
milad terakhirku di tengah keluarga, bersamamu...