Kamis, 06 September 2012

Carito Si Sawuang

Walaupun sudah lebih tiga tahun aku menempuh pendidikan di kota ini (Medan), tetap saja setiap sekembalinya aku dari Solok (Talang) aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Setidaknya butuh waktu sekitar sepuluh hari untukku beradaptasi dengan kehidupanku yang jauh dari keluarga. Aku butuh waktu agar dapat kembali menikmati kemandirianku.

Memang, aku memang "sawuang" (sebuah istilah Minang bagi orang-orang yang selalu ingin berada di tengah keluarga). Ketika aku sudah kembali ke Medan biasanya hari-hari pertama kuhabiskan di luar kosan, menatap langit dan berangan kalau aku bisa dengan mudah terbang ke kampung halaman. Terkesan lebay memang _ _"… tapi memang begitulah keadaannya. Atau jikalau malam telah menjelang, waktuku habis untuk melihat-melihat foto keluarga, rumah, dan tempat-tempat di sekitar kampungku. Setidaknya dengan melakukan hal itu perasaanku bisa "pulang".



Bahkan setiap kali aku pulang kuliah -di setiap awal semester tentunya- tak jarang aku menangis. Perasaanku gelisah, seakan aku sudah tak bisa lagi pulang dan berada di tengah-tengah keluargaku. Tentu saja sosok yang selalu kurindukan adalah Mama. Mama yang selalu menuruti kemauanku, bahkan berusaha untuk selalu membahagiakanku. Tak jarang aku mendapatkan apa-apa yang menjadi keinginanku tanpa harus meminta kepada Mama. Ya, jika mengingat semua itu aku menjadi takut. Aku sangat takut jika suatu saat nanti aku tak mampu membuatnya bahagia…

"Nak di lua jo lah kuliah", begitulah kata Abang mengejekku. Padahal masih berada dalam satu pulau, bahkan bersebelahan provinsi. Bagaimana nanti seandainya kalau aku jadi melanjutkan kuliah di Jawa atau bahkan ke luar negeri (mimpi?)? Entahlah… agaknya hanya untuk (kuliah S1) saat ini saja aku pergi meninggalkan keluargaku, dan setelah tamat kuliah nanti mungkin aku akan pulang saja dan memilih bekerja di kampung halaman.



Ya… Seperti itulah "tragisnya" keadaanku. Aku kalah oleh tekad dan mimpi masa laluku. Dulu ketika SMA semangatku untuk kuliah di luar daerah sangat besar. "Kok ndak di lua It ndak ka kuliah do!", begitulah dulu aku selalu berkata kepada kedua orang tuaku. Walaupun begitu sekarang aku juga tidak menyesal. Karena dengan meninggalkan kampung halaman barulah aku tahu betapa galaunya perasaan ketika jauh dari keluarga. Dan ketika pulang barulah aku tahu betapa damainya hati berkumpul degan keluarga...

Selasa, 04 September 2012

Halal Bi Halal Bloofers Medan

"Untuk kali kedua, Bloofers medan punya acara."


Ya, ini adalah agenda silaturrahim Bloofers Medan yang -Alhamdulillah- berhasil dilaksanakan setelah setengah tahun lamanya (semenjak kopdar perdana 2 Maret 2012). Pada kesempatan kali ini hanya saya dan -sang senior terbaik- k' Sri sebagai anggota angkatan pertama yang berkesempatan hadir. Selebihnya adalah "anak-anak baru" yang ternyata tidak lebih ANEH (Asik, Nyambung, Enjoy, dan Heboh tentunya) dari para sesepuhnya.

Berbeda dengan pertemuan perdana, saya tidak lagi jadi yang pertama tiba di TKP. Bukan karena kapok karena pernah kelamaan menunggu anak-anak, tapi karena harus melaksanakan beberapa pekerjaan dan "kewajiban". Alhasil, saya baru tiba di TKP dengan menggowes sepeda sekitar pukul 13.30, telat 30 menit dari jadwal yang disepakati. Di depan Sari Raos terlihat k' Roza yang juga merupakan senior di kampus berdiri di bawah pepohonan. Ya, sesuai dugaan beliau sedang menunggu k' Sri.

Ketika memarkirkan sepeda, saya melihat sudah ada empat manusia yang bersemedi di Sari Raos. Tentu saja mereka adalah anak-anak baru yang taat dan tahu sopan-santun, sehingga tidak datang terlambat :D. Mereka adalah Riki yang cengengesan, Reza yang selalu malu di foto, Rizki yang Enjoy, dan Mulia yang goib ^^. Saya belum langsung masuk, karena sebagai junior yang baik saya harus menunggu kedatangan sang senior terbaik. Tak lama kemudian, k' Sri datang, sehingga kami bertiga langsung masuk dan bergabung dengan keempat Bloofers lainnya.

Opening... Diawali dengan perkenalan, perbincangan ringan, kemudian masing-masing memesan makanan. Sembari menunggu pesanan datang dimulailah Ritual yang sesungguhnya :D. Kali ini saya yang menjadi moderator (BUKAN KOORDINATOR YA?!). Diawali dengan Salam (o… jelas), saling memperkenalkan diri, dan kemudian saya menjabarkan -sedikit yang saya ketahui- tentang Bloof. Di tengah berlangsungnya Ritual ternyata ada satu lagi Bloofers yang datang, k' Rini Selly. Unik, tingkah beliau tidak seperti beberapa senior di angkatan pertama. Walaupun beliau terlambat tapi tidak langsung (pura-pura) mencet2 HP! Beliau langsung bersalaman dengan k' Sri dan k' Roza, kemudian melempar senyuman penuh ketenangan kepada kami semua ^^. Memang dari segi umur beliau adalah yang paling tua (karena sudah tamat S2, sedangkan sisanya masih berjibaku meraih gelar Sarjana). Tentu saja beliau juga dewasa dari segi pemikiran dan berbicara.

Ritual tahap awal selesai ditandai dengan datangnya seluruh pesanan makanan. Acara dilanjutkan dengan makan bersama, bercerita bersama, dan ngakak bersama :D. Selesai makan langsung dilanjutkan dengan Ritual session 2, yaitu membicarakan tentang rencana agenda rutin Bloofers Medan. Alhamdulillah, dari diskusi yang cukup "alot" dihasilkan beberapa rencana kegiatan Bloofers Medan untuk kedepannya. Pertemuan hebat ini selesai sekitar pukul 15.30.



...Sebagai penutup saya akan memaparkan sedikit materi yang insya Allah bermanfaat terkait dengan tragedi yang terjadi ketika acara Halal bi Halal berlangsung. Sama sekali bukan bermaksud berolok-olok, tapi hanya ingin menegaskan bahwa apa yang telah dilakukan sama sekali tidak salah ^^…

***

Pernahkah anda mendengar tentang hadits lalat? Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan bahwa jika ada lalat jatuh ke dalam minuman kita, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam memberitahu kita untuk mencelupkan lalat tersebut sepenuhnya ke dalam minuman kemudian membuangnya, karena sayap yang satu mengandung racun dan sayap yang satunya lagi mengandung penawar racun atau mengandung obat.

Hadits lalat tersebut seringkali dijadikan bantahan oleh orang-orang kafir dan orang-orang Liberal untuk menyerang Islam dan menolak hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
"Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya".

Dari Anas bin Malik radiallahu 'anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
Dari Anas bahwasanya Nabi bersabda: "Apabila lalat jatuh pada bejana salah satu diantara kalian, maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sayap lainnya terdapat obat".
(HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Banyak yang menolak dan mengingkari hadits ini dengan alasan menyalahi realitas dan bahkan ilmu kedokteran. Benarkah demikian?

Kenyataannya, Dr. Amin Ridha, Dosen Penyakit Tulang di Jurusan Kedokteran Universitas Iskandariyah, telah melakukan penelitian tentang hadits lalat dan menegaskan bahwa pada makanan ataupun minuman yang dihinggapi lalat, dibandingkan dengan lalat yang dicelupkan dengan yang tanpa dicelup, ternyata memberikan hasil berbeda yang secara signifikan. Lalat yang dicelupkan pada minuman akan menimbulkan bakteri yang biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak yang berfungsi melisiskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.

Hal ini membenarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit sekaligus penawarnya. Maka apabila hasil "percobaan" yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, kesalahan PASTI disebabkan oleh faktor lain ^^