Rabu, 24 Juli 2013

Ramadhan Kali Ini

Ini Ramadhan yang berat. Tentu saja! Tanpa kehadiranmu sungguh terasa ada yang kurang dari kebahagiaan Ramadhan yang kami rasa.

Ya, ini Ramadhan pertama yang kami lalui tanpa Papa. Sungguh sangat berat. Kami harus mampu bersabar dan membiasakan diri dengan suasana yang benar-benar berbeda dari Ramadhn-Ramadhan sebelumnya. Karena tidak ada lagi yang akan meramaikan suasana berbuka puasa, tidak ada lagi terdengar kumandang adzan khas Papa yang selalu menggema, tidak ada lagi terdengar lantunan bacaan al-Qur'an Papa di malam hari ketika tilawah atau ketika mengimami shalat Tarawih di Surau, tidak ada lagi yang segera membangunkanku ketika sahur dan mengajakku untuk melaksanakan Tahajud, Tidak ada lagi terdengar tangis doa seorang ayah yang mendoakan anak-anaknya, tidak ada lagi... tidak ada lagi...

Kami acapkali menangis. Menangis bukan tidak menerima takdir-Nya, tapi tangis tanda cinta dan rindu yang mendalam. Nuansa duka amat kental terasa. Ketika berbuka, sahur, tilawah, dan dalam setiap rakaat munajat kami masih belum bisa bercerai dengan air mata. Berharap dengan pengharapan dan do'a dapat menyenangkan Papa disana.

Walau sudah tak ada lagi harapan berjumpa di dunia, semoga kelak di akhirat kita berjumpa di Surga-Nya. Karena sungguh, aku amat bangga memiliki seorang ayah yang  taat, baik, tegas, pemberani, berwibawa, ramah, dan perhatian dengan anak-anaknya. Papa telah memberikan teladan dan pengajaran bagaimana menjadi sosok seorang ayah yang baik dan membanggakan. Bagiku, sosok lelaki terbaik yang pernah ku temui itu adalah Papa. Semoga aku bisa mengambil pelajaran, hingga nantinya anakku juga akan berkata "Sosok lelaki terbaik yang pernah ku temui adalah Ayahku"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar